Kamis, 10 Maret 2016

Tinjauan Religius Gerhana Bulan Total dari Kajian Islam dengan Peneliti NASA



Jakarta, Aktual.co — Gerhana bulan bukan semata-mata fenomena alam dan kejadian antariksa, tetapi di balik itu sarat dengan nuansa religius yang oleh agama-agama diimani sebagai Kemahakuasaan Allah terutama dalam agama Islam, Katolik dan Protestan.
Dalam hadis riwayat Buchori-Muslim disebutkan bahwa “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Maka jika kamu melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah kepada-Nya, bersedekahlah, dan shalatlah.” Bukan hanya itu, dalam Fiqih tentang Gerhana Matahari dan Bulan Oleh Ustaz Abdullah Haidir Lc, tentang Hikmah Dibalik Peristiwa Gerhana menyatakan banyak cerita khurafat dan tahayyul beredar di masyarakat seputar terjadinya gerhana.
Namun syariat telah menyatakan dengan tegas nilai-nilai yang terkandung di balik terjadinya peristiwa tersebut. Di antaranya adalah menunjukkan salah satu keagungan dan kekuasaan Allah Ta’ala yang Maha mengatur alam ini.
Berikut untuk menimbulkan rasa gentar di hati setiap hamba atas kebesaran Allah Ta’ala dan azab-Nya bagi siapa yang tidak taat kepada-Nya.
Bahkan Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya. Akan tetapi keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian menyaksikannya, maka hendaklah kalian shalat.” (HR. Bukhari) Dalam redaksi yang lain, Bukhari juga meriwayatkan, “Sesungguhnya matahari dan bulan keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya tidak gerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya. Akan tetapi Allah hendak membuat gentar para hamba-Nya.” (HR. Bukhari) Hal ini juga mengingatkan seseorang dengan kejadian hari kiamat yang salah satu bentuknya adalah terjadinya gerhana dan menyatunya matahari dengan bulan, seperti Allah nyatakan dalam surat Al-Qiyamah: 8-9.
“Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Dan Matahari dan bulan dikumpulkan.” (QS. Al-Qiyamah: 8-9) Shalat Gerhana Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan shalat apabila menyaksikan gerhana, baik matahari maupun bulan, sebagaimana diisyaratkan dalam hadis di atas, juga sebagaimana riwayat adanya perbuatan Rasulullah SAW tentang hal tersebut.
Para ulama menyimpulkan bahwa hukum shalat gerhana adalah sunah. Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa sunahnya shalat gerhana merupakan ijma ulama (Lihat, Syarah Muslim, 6/451). Ibnu Qudamah dan Ibnu Hajar menyatakan bahwa shalat gerhana merupakan sunnah mu akkadah/sunah yang sangat ditekankan (Al-Mughni, 3/330, Fathul Bari, 2/527).
Sebagian ulama bahkan menyatakan kewajiban shalat gerhana, karena Rasulullah SAW melaksanakannya dan memerintahkannya. Ibnu Qayim menyatakan bahwa pendapat ini (wajibnya shalat gerhana) merupakan pendapat yang kuat. (Kitab Ash-Shalah, Ibnu Qayim, hal. 15).
Di sisi lain, karena jarang kaum Muslim yang mengenal dan melaksanakan shalat gerhana, maka dengan melakukannya maka dia akan mendapatkan keutamaan orang yang menghidupkan sunah.
Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat Islam di seluruh Tanah Air untuk melakukan shalat kusuful qamar atau shalat gerhana bulan di Masjid, Mushalla, atau rumah, pada Sabtu (4/4) petang hingga malam.
Berdasarkan data astronomis, pada 14 Jumadil Akhir 1436 Hijriah atau Sabtu (4/4) mulai pukul 17.15 WIB di Indonesia akan terjadi gerhana bulan total (GBT).
Hampir seluruh kawasan Indonesia dapat mengamati gerhana bulan total ini. Sedangkan puncak gerhana bulan total akan terjadi pada Sabtu pukul 19.01 WIB dan selesai pada pukul 20.44 WIB.
“Sehubungan gerhana bulan pada Sabtu 4 April 2015 mulai pukul 17.15 WIB, kepada umat Islam diserukan untuk menunaikan shalat kusuful qamar di masjid, mushalla, atau rumah,” kata Ketua Umum MUI Pusat Din Syamsuddin dalam siaran persnya.
Sementara itu, tata cara shalat gerhana bulan antara lain dianjurkan secara berjamaah dua rakaat, dengan setiap rakaat dua kali berdiri (baca al-Fatihan dan surat lain) dan dua kali ruku’, kemudian sujud seperti biasa.
Din Syamsuddin menambahkan, setelah shalat dilakukan khutbah untuk mengingat kemahakuasaan Allah SWT dan kelemahan manusia, serta kondisi kehidupan kebangsaan dewasa ini.
Sedangkan, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Machasin, juga mengimbau umat Islam melakukan shalat sunnah gerhana bulan secara berjamaah, sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW, dan dianjurkan (sunnah muakkadah) untuk bertakbir terlebih dahulu.
Dalam Alkitab Bagi umat Kristen Katolik dan Protestan, gerhana bulan darah atau “blood moon” itu muncul saat hari Paskah, tepatnya pada malam Paskah atau Sabtu Alleluya dan diimani dalam ajarannya sesuai dalam Kitab Suci.
Seperti dikutip dari Daily Mail (01/04), di Alkitab versi Raja James (Yoel 2:31), tertulis “Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan yang hebat dan dahsyat itu.” Mengenai ajaran ini seorang Pastor dari Amerika, John Hagee, menyatakan bahwa hal besar akan terjadi pada umat manusia.
Berdasarkan buku berjudul “Four Blood Moons” karya Hagee, gerhana bulan berdarah yang akan terjadi pada hari Paskah nanti adalah tanda kejadian besar terjadi di Timur Tengah yang berhubungan dengan Israel.
“Aku percaya kita akan melihat sesuatu yang dramatis terjadi di Timur Tengah yang menyangkut Israel. Dan hal itu akan berdampak besar bagi seluruh dunia,” ujar Pastor Amerika itu.
Entah kebetulan atau tidak, gerhana bulan darah yang terjadi di hari ini Sabtu (4/4/2015) (antara pukul 16.00 hingga pukul 22.00 WITA) itu adalah gerhana bulan darah ketiga dalam rentetan empat gerhana bulan darah (tetrad blood moons) dalam kurun waktu dua tahun ini.
Oleh sebab itu, banyak pihak yang percaya bahwa gerhana tersebut sarat akan nuansa religius.
Gerhana bulan darah pertama dan kedua sudah terjadi pada tahun 2014. Setelah gerhana bulan darah ketiga di malam Paskah nanti, akan ada gerhana bulan darah lagi yang diprediksi terjadi tanggal 28 September 2015.
Menanggapi kemunculan empat gerhana bulan darah dalam dua tahun secara beruntun, Pastor Hagee berpendapat bila ini adalah tanda ‘akhir zaman’.
“Alkitab menyatakan ‘bila kita melihat tanda-tanda itu’, dan empat gerhana bulan darah adalah pertanda yang jelas dari akhir era ini,” ujar Hagee.
Di sisi lain, badan antariksa AS, NASA, mengatakan gerhana bulan darah Paskah adalah sesuatu yang alami dan tidak berbahaya atau berdampak besar bagi manusia.
“Saat gerhana terjadi, bulan sering terlihat kemerah-merahan karena sinar matahari yang menimpanya melewati atmosfer bumi. Ketika itu, spektrum warna biru di cahaya matahari tersaring, sehingga yang tersisa hanya warna merah saja. Namun, fenomena ini tidak berbahaya bagi manusia,” ungkap NASA.
Menurut Space.com, gerhana bulan darah ini akan terjadi tanggal 4 April dan bisa dilihat di Amerika Utara, Asia, dan Australia. Di kawasan Asia Tenggara sendiri, gerhana bulan darah akan terjadi pada pukul 18.45 WIB selama kurang lebih 12 menit.
Untuk Indonesia Barat gerhana bulan total akan mulai terjadi pada pukul 17.16 WIB-20.45 WIB, untuk Indonesia Tengah gerhana akan terjadi pukul 18.16 Wita-21.45 Wita, sedangkan untuk gerhana bulan total di Indonesia timur akan terjadi pada 19.16 WIT-22.45 WIT.
Adapun proses terjadinya gerhana bulan total pada Sabtu (4/4) yakni akan dimulai dari bagian kanan bawah bulan.
Lalu puncak gerhana total akan terjadi pada pukul 18.58 WIB-19.03 WIB di Indonesia barat, 19.58 Wita-20.03 Wita di Indonesia tengah dan 20.58 WIT -21.03 WIT. Gerhana berakhir dengan lepasnya bayangan bumi dari piringan bulan sebelah kanan atas.
(Ant)
(Ferro Maulana)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.