Minggu, 27 Maret 2016

Turki Hadapi Ancaman Yang Meningkat Saat Penindasan Dilancarkan

jurnalfresh.com – Bentrokan antara personel keamanan Turki dan anggota kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdi (PKK) telah bertambah sengit di bagian tenggara Turki.
Korban jiwa akibat pertempuran juga telah naik saat tiga prajurit pemerintah gugur dan 24 lagi cedera pekan lalu dalam serangan bom mobil terhadap satu pos polisi oleh petempur PKK di Provinsi Diyarbakir, Turki Tenggara.
Ketika berbicara di Provinsi Yozgat di Turki Tengah pada Jumat (25/3), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan lebih dari 300 anggota dinas keamanan tewas sejak Juli 2015 dalam perang melawan PKK.
Namun, ia mengatakan korban jiwa berjumlah di pihak PKK satu berbanding 10, dan menyatakan sebanyak 3.000 anggota PKK juga tewas di dalam dan luar Turki.
“Kaum separatis dan mereka yang ingin memecah Turki takkan berhasil,” kata Erdogan, sebagaimana dikutip Xinhua Senin pagi.
Militer Turki pekan lalu mengumumkan serangan oleh jet tempur F-16 dan F-4 2020 menyerang sasaran di Wilayah Avasin dan Basyan di Irak Utara, tempat komandan PKK berkubu.
Militer Ankara juga menyatakan telah menewaskan 24 petempur PKK dalam operasi pembersihan keamanan yang berlangsung di Kota Sirnak, yang bergolak, dan Kota Kecil Nusaybin serta Yuksekova di bagian tenggara.
Beberapa pengulas Turki berpendapat kurangnya informasi intelijen telah melicinkan jalan bagi banyaknya korban jiwa di pihak dinas keamanan.
Mehmet Ali Ozcelik, seorang ahli intelijen di Pusat Penelitian bagi Strategis Keamanan (Gusam) –yang berpusat di Ankara, mengatakan, “Lembaga pelaksana hukum harus mampu berada satu langkah di depan kelompok teror.” “Kemampuan intelijen harus ditopan oleh intelijen taktis dan operasional yang lebih baik untuk tetap efektif dalam memerangi teror,” katanya.
Pada Jumat, PKK membom divisi perbatasan militer Turki dengan menggunakan senjata artileri anti-pesawat di Kota Kecil Semdinli di Provinsi Hakkari di bagian tenggara negeri tersebut di dekat perbatasan dengan Irak.
Tak ada laporan mengenai korban tewas atau cedera, sementara prajurit Turki balas menembak dengan menggunakan senjata artileri ke sasaran PKK.
Bayram Kaya, seorang ahli keamanan, mengatakan ia percaya PKK mengeksploitasi proses perdamaian yang diluncurkan pemerintah sejak 2012.
“Meskipun PKK tak pernah melakukan tindakan bagi penarikan nyata dari wilayah Turki selama pembicaraan, laporan intelijen disiapkan untuk secara palsu menyatakan 90 persen petempur PKK meninggalkan Turki,” katanya.
Sementara itu partai oposisi Turki terus mengecam Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP), yang memerintah, dan pekan lalu pemimpin utama oposisi menyeru pemerintah agar meletakkan jabatan karena gagal mencegah serangan teror.
“Ada kerentanan intelijen tapi tak seorang pun (di pihak pemerintah) telah mundur. Orang kehilangan nyawa tapi tak seorang pun mundur,” kata Kemal Kilicdaroglu, Ketua Partai Rakyat Republik (CHP), yang beraliran kiri-tengah.
Beberapa pengulas menyatakan pemerintah harus bersatu melawan teror sebagai kesatuan dan menghadapi ancaman bersama-sama guna melawan perpecahan.
PKK dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Kelompok itu telah melancarkan perang separatis melawan Pemerintah Turki sejak 1984. Lebih dari 40.000 orang telah kehilangan nyawa selama bentrokan tersebut.
Selain ancaman PKK, Turki juga telah diancam oleh serangkaian serangan teror bunuh diri oleh anggota IS.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.