ISIS kehilangan sekitar 14 persen wilayah kekuasaan mereka di Irak dan Suriah. Sebaliknya, wilayah kelompok militan Kurdi, rival ISIS, meningkat tiga kali lipat setelah kemenangan spektakuler 300 pejuang wanita kurdi memukul mundur 12.000 militan ISIS di Kobani. Hal ini diungkapkan dalam laporan kelompok thinktank IHS Jane seperti dikutip The Telegraph, Senin (21/12). Tahun ini ISIS digempur dari banyak sisi, di antaranya adalah serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat.
ISIS kehilangan beberapa kota penting yang strategis, seperti Tal Abyad di perbatasan Suriah dengan Turki, Tikrit di Irak dan kilang minyak Baiji juga di Irak. ISIS juga tidak lagi menguasai jalan tol yang menghubungkan wilayah mereka di Raqqa, Suriah, dan Mosul, Irak. Kehilangan kekuasaan di jalan ini berarti mempersulit ISIS menyalurkan logistik dan persenjataan mereka.
Menurut Columb Strack, pengamat senior Timur Tengah di IHS Jane, berkurangnya luas wilayah berdampak buruk bagi ISIS, terutama dari sisi finansial. “Kita telah melihat dampak finansial yang negatif bagi ISIS akibat kehilangan wilayah perbatasan Tal Abyad karena peningkatan serangan udara terhadap kapasitas produksi minyak kelompok militan ini,” kata Strack. Lembaga think-tank asal AS ini mengatakan wilayah kekuasaan ISIS berkurang hampir 13 ribu kilometer persegi menjadi tinggal 77 ribu kilometer persegi antara awal tahun ini hingga 14 Desember.
Namun ISIS berhasil menguasai kota-kota strategis, seperti kota bersejarah Palmyra di Suriah dan pusat kota Ramadi, ibu kota provinsi terbesar di Irak, Anbar. Untuk mendapatkan dua kota itu, ISIS terpaksa kehilangan wilayah mereka di utara, yang sekarang direbut oleh pasukan Kurdi. Wilayah kekuasaan kelompok militan Kurdi meningkat hingga 186 persen di tahun ini, diungkapkan IHS. Hal ini menunjukkan bahwa Kurdi menjadi ganjalan bagi ISIS dalam melebarkan wilayah.
Tentara Kurdi terdiri dari koalisi warga Kurdi dan Arab di wilayah timurlaut Suriah. Selain perlawanan dari Kurdi, ISIS juga mulai kewalahan menghadapi serangan udara koalisi AS. Pemerintah Irak sendiri berhasil merebut enam persen wilayah mereka dari ISIS, sementara warga Kurdi Irak mendapatkan kembali dua persen tanah mereka. Pecundang terbesar dalam konflik ini adalah pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah yang kehilangan 16 persen wilayah mereka dan kini tersisa hanya sekitar 29 ribu kilometer persegi.
Jumlah wilayah kekuasaan Assad saat ini kurang dari setengah total daerah yang dikuasai ISIS dan kelompok oposisi Suriah yang mencapai sekitar 185 ribu kilometer persegi. ISIS harus bersiap jika masih ingin mempertahankan Ramadi. Sebab, pasukan Irak sedang berupaya mengambil alih kembali kota di sisi barat itu dari kelompok militan Islam, dalam waktu dekat, diberitakan Reuters. Persiapan serangan sudah dikonfirmasi kepala pasukan Irak, Letnan Jenderal Othman al-Ghanemi kepada stasiun televisi nasional, Senin (21/12). Meski tak menyebutkan waktunya, Al-Ghanemi menegaskan pihaknya akan menyerang.
Ia mengatakan, “Ada operasi yang sedang berlangsung untuk mengontrol sektor dalam persiapan serangan di pusat kota beberapa jam ke depan.” Tak lupa ia menambahkan, “Insya Allah.” ISIS sudah tahu soal serangan itu. Sebelumnya, juru bicara Kementerian Pertahanan Irak sudah mengatakan bahwa ISIS mencegah warga sipil yang ingin meninggalkan Ramadi sehubungan dengan adanya rencana penyerangan. Rencana itu sendiri sudah ada sejak Minggu.
Pesawat militer Irak menjatuhkan selebaran di kota itu pada Minggu (20/12) dan meminta warga meninggalkan kota dalam waktu 72 jam. Dalam waktu itu, pasukan Irak akan menyerang. Selebaran itu juga berisi rute aman bagi warga yang hendak menyelamatkan diri. Namun, ISIS sedang berupaya membuat mereka tetap tinggal. Ramadi jatuh ke tangan ISIS sejak Mei lalu. Intelijen Irak memperkirakan, ada sekitar 250 sampai 300 pejuang ISIS yang bercokol di pusat Ramadi, yang merupakan ibu kota Anbar itu.
Kementerian Pertahanan Irak memaparkan bahwa kelompok militan ISIS mencegat warga Ramadi yang diimbau meninggalkan kota tersebut, menjelang operasi militer besar-besaran yang akan diluncurkan tentara Irak untuk merebut kembali kota di wilayah barat dari cengkraman militan.
“Ada keluarga yang berhasil lolos dari geng Daesh,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Irak, Naseer Nuri kepada Reuters pada Senin (21/12), menggunakan nama lain dari ISIS, Daesh.
(Baca juga: Militer Irak Minta Warga Ramadi Meninggalkan Kota)
Pilihan Redaksi
Perangi ISIS, Pemberontak Suriah Terima Amunisi dari AS
Taliban di Pakistan Tolak Klaim ISIS soal Kekhalifahan Muslim
Debat Demokrat, Clinton Dukung Strategi Obama Lawan ISIS
“Ada informasi intelijen dari dalam kota bahwa mereka mencegah sejumlah keluarga meninggalkan kota, mereka berencana menggunakan warga sebagai perisai manusia,” ujar Naseer menambahkan tanpa merinci jumlah warga yang berhasil melarikan diri dari cegatan ISIS.
Perangi ISIS, Pemberontak Suriah Terima Amunisi dari AS
Taliban di Pakistan Tolak Klaim ISIS soal Kekhalifahan Muslim
Debat Demokrat, Clinton Dukung Strategi Obama Lawan ISIS
“Ada informasi intelijen dari dalam kota bahwa mereka mencegah sejumlah keluarga meninggalkan kota, mereka berencana menggunakan warga sebagai perisai manusia,” ujar Naseer menambahkan tanpa merinci jumlah warga yang berhasil melarikan diri dari cegatan ISIS.
Pesawat militer Irak pada Minggu (20/12) menjatuhkan selebaran di Ramadi yang mengimbau warga untuk meninggalkan kota tersebut dalam waktu 72 jam.
Selebaran tersebut juga dilengkapi dengan rute aman untuk keluar dari kota. Juru bicara operasi gabungan Brigadir Jenderal Yahya Rasool juga mengimbau warga membawa serta dokumen identifikasi yang diperlukan.
Pekan lalu, pasukan keamanan Irak mengklaim mereka telah membuat kemajuan pada dua front di Ramadi, dengan mengusir militan ISIS dari basis komando militer dan lingkungan di al-Taamim di tepi barat kota. ISIS merebut wilayah itu pada Mei lalu.
Intelijen Irak memperkirakan jumlah militan ISIS yang bercokol di pusat Ramadi, ibu kota provinsi Anbar, berkisar antara 250 hingga 300 orang
0 komentar:
Posting Komentar